Showing posts with label Mitos. Show all posts
Showing posts with label Mitos. Show all posts

Thursday, June 16, 2011

Mitos Antara Nasib dan Arah Pintu Rumah


Membuat rumah ternyata bukan sekedar membangun secara fisik. Perlu dicerna lebih lanjut, bahwa posisi rumah maupun arah menghadap rumah sangat berpengaruh bagi kemajuan penghuninya. Menurut hongshui Jawa atau Pakuwon, ada aturan tertentu untuk menentukan arah pintu rumah yang baik.

Penentuan arah menghadap rumah, bagi masyarakat Jawa, merupakan hal yang sangat penting dalam membangun suatu rumah sebagai tempat tinggal. Secara garis besar, arah menghadap rumah yaitu menghadap ke utara, timur, selatan, dan arah barat. Seperti halnya bangsa Cina, orang Jawa percaya bahwa arah menghadap rumah memiliki pengaruh atau dapat membawa keberuntungan maupun kesialan dalam hidupnya. Begitupun akan berpengaruh pada keluarganya.

Pada jaman dahulu dalam masyarakat Jawa hampir tidak dijumpai rumah menghadap ke barat dan demikian pula halnya yang menghadap ke arah timur. Rumah orang biasa (masyarakat umum, bukan bangsawan, red) pada umumnya menghadap ke arah utara atau ke selatan. Sedangkan arah menghadap ke timur khusus dipergunakan untuk keraton.

Setiap arah mata angin dipercayai ditunggu oleh dewa, dan oleh karena itu ada makna simbolis tertentu untuk penentuan arah menghadap rumah yang berdasarkan pada empat mata angin.

Keempat arah mata angin yang dijaga oleh dewa tersebut adalah :
  1. Timur ditunggui oleh Maha Dewa,
  2. Barat ditunggui oleh Batara Yamadipati,
  3. Utara ditunggui oleh Batara Wisnu, dan
  4. Selatan ditunggui Batara Brahma
Dalam mitologi Jawa, Batara Yamadipati adalah dewa kematian. Sehingga bagi orang yang mempercayai, arah menghadap ke barat harus dihindari karena secara simbolik berarti sama dengan mengharap kematian.

Adapun cara menentukan arah menghadap rumah adalah dengan menjumlah neptu (hitungan) hari kelahiran dan pasaran orang yang akan membangun rumah. Ketentuannya adalah sebagai berikut :
  1. Jika jumlah neptunya 7, 8, 13, 18, arah rumah menghadap ke arah utara atau ke timur,
  2. Jika jumlah neptunya 9, 14 arah rumah harus menghadap ke selatan atau ke timur,
  3. Jika neptunya 10 arah rumah harus menghadap ke selatan atau barat,
  4. Jika jumlah neptunya 11, 15, 16 arah rumah harus menghadap ke barat, dan
  5. Jika jumlah neptunya 12, 17 arah rumah harus menghadap ke utara atau ke barat.
Neptu hari: Ahad = 5, Senin = 4, Selasa = 3, Rabu = 7. Kamis = 8, Jum’at = 6, Sabtu = 9.
Neptu pasaran: Kliwon = 8, Legi = 5, Pahing = 9, Pon = 7.

Misalnya Anda lahir pada ahad pahing, maka jumlah neptu menjadi (ahad = 5) + (pahing = 9) = 14.

Berdasarkan penghitungan neptu tersebut maka Anda sebaiknya memiliki rumah menghadap arah selatan atau ke timur.

Tentu saja, pengetahuan ini merupakan peninggalan nenek moyang dan merupakan salah satu bentuk kearifan lokal. Manusia berikhtiar namun segala ketentuan ada pada Tuhan.

Sumber : misteri online melalui 99ratiz.blogspot.com

Wednesday, June 15, 2011

Misteri Suara Gamelan di Tengah Malam



“Di Jogja, siapa pun yang pernah mendengar alunan suara gamelan di tengah malam, akan betah tinggal di kota pendidikan itu”.

Itu yang diucapkan seorang kerabat teman saya (mas Edy namanya) saat saya berkunjung dan menginap di rumahnya di daerah Wirobrajan, Jogja, 23 tahun yang lalu. Itu adalah kedatangan saya untuk pertama kalinya di kota yang dijuluki kota gudeg. Katanya, mitos itu, atau apapun namanya, ia dapatkan saat ia masih kecil Dan katanya lagi, konon hanya orang-orang dari luar Jogja yang kebetulan berada di sana yang berpeluang “diusik” oleh alunan alat musik tradisional itu.

Satu tahun kemudian, tepatnya tahun 1983, saya menjadi warga sementara Jogja, untuk menempuh pendidikan di UPN Veteran, setelah gagal masuk ke perguruan tinggi negeri di Surabaya.


Awal mula menetap di Jogja, saya kos di Jalan Solo Km. 7, yang lokasinya berdekatan dengan kampus UPN di Babarsari, berseberangan dengan rumah dinas TNI-AU. Kos yang berada di pinggir jalan raya itu tergolong masih baru. Ada sekitar 10 kamar, dan kebanyakan masih kosong saat saya pertama masuk. Di kamar kos bertarip Rp. 25.000,- per bulan itu saya tinggal berdua dengan teman satu jurusan berasal dari Madiun di UPN. Dia berasal dari Madiun.

Saya dan teman-teman sepulang refreshing di Wonosobo (1984)
di halaman kos Jl. Solo Km 7 Jogja

Suatu ketika, hampir tengah malam, suasana kos sepi. Teman sekamar saya sudah tidur, tapi entah kenapa mata saya sulit terpejam. Saat itulah lamat-lamat saya mendengar alunan suara gamelan di kejauhan. Saya pikir itu berasal dari suara radio atau ada seseorang yang mengadakan acara selamatan dengan menggelar musik tradisional itu.

Beberapa malam kemudian, kembali saya dengar suara gamelan itu. Karena penasaran, saya keluar kamar, memusatkan konsentrasi pada telinga saya agar lebih jelas dari mana asal suara gamelan itu. Dari situ saya yakin kalau suara gamelan itu berasal dari seberang kos saya. Seberang tapi jauh. Ke arah selatan.

Saya jadi teringat ingat pada ucapan mas Edy setahun yang lalu.

Apakah suara gamelan yang saya dengar ada hubungannya dengan mitos itu?

Jujur saja, saya memang betah di Jogja. Hanya saja, apakah itu karena “kutukan” suara gamelan telah merasuki saya, atau Jogja memang kota yang menyenangkan, seperti yang baru-baru ini dilansir oleh sebuah badan survey, yang menyatakan bahwa Jogja adalah kota ternyaman di Indonesia, saya tidak tahu.

Yang jelas, kerinduan saya untuk kembali ke Jogja tak pernah surut. (mp2)



Sunday, June 5, 2011

Mitos Seputar Tubuh Manusia dan Kaitannya dengan Seks

Mitos-mitos ini saya dapatkan dari berbagai perbincangan di berbagai tempat dan waktu, dengan teman semasa saya remaja. Saya tidak tahu apakah ada penelitian ilmiah yang dapat menguatkan benar tidaknya mitos tersebut.

Berikut ini yang masih saya ingat :

Tubuh.
Seorang pria atau wanita yang posisi berdiri atau berjalannya agak terbungkuk mempunyai hasrat seks yang besar.



Hidung.
Sebagaimana halnya tubuh, hidung seorang pria atau wanita yang berukuran lebih besar dari normal mempunyai hasrat seks yang besar juga.



Leher.
Wanita yang memiliki cekungan di bagian leher bawah (di antara tulang klavikula/ clavicle) sudah tidak perawan lagi. 
Kalau ini, saya punya analisis sendiri. Biasanya, saat melakukan hubungan intim dengan pasangannya, wanita akan mengeluarkan suara-suara/ erangan, bahkan jeritan, sebagai dampak kenikmatan yang dirasakannya. Namun karena sikon yang tidak memungkinkan (mungkin di kamar sebelah ada mertua yang baru datang dari kampung, atau ada bayi yang tidur seranjang dengannya) untuk meluapkan rasa nikmatnya itu dalam bentuk suara, maka ia menahannya kuat-kuat. Saat menahan itulah mungkin otot-otot lehernya jadi tertarik ke dalam. Karena hal itu terjadi berulang-ulang, maka muncullah cekungan itu. He he he ... ngawur ya?



Kaki.
Cekungan pada kaki wanita (di atas tumit, di sekitar achilles tendon) menunjukkan kalau ia seorang yang "panas" di ranjang.



Ada satu lagi, tetapi berkaitan dengan aksesori yang dikenakan. Seorang wanita yang memakai gelang di salah satu kakinya menunjukkan kalau ia seorang yang terbuka untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan pria manapun yang dia sukai. Dan biasanya pria yang tertarik pada wanita bergelang kaki ini adalah ... copet! (mp2)


Sunday, May 29, 2011

Benarkah Jalur Krian - Mojokerto Angker?

Krian dan Mojokerto adalah dua kota kabupaten yang akan Anda lalui jika berkendara dari Surabaya ke Jogja melalui jalur selatan. Jarak Surabaya - Krian + 20 kilometer, sedangkan Krian - Mojokerto + 35 kilometer. Pada jalur itu saya pernah mengalami suatu kejadian misterius yang hingga kini tak pernah saya lupakan.

Jalur Krian - Mojokerto (merah) yang konon angker itu
(sumber : Google Maps).

Awal Kisah

Ceritanya, sekitar tahun 1995 saya dan istri mendapat undangan pernikahan dari kerabat istri saya yang berdomisili di Jogja yang hendak menikahkan salah seorang putrinya. Mengingat hubungan kekerabatan tersebut cukup dekat, di samping karena saya juga sudah merindukan Jogja yang saya tinggalkan tahun 1992, maka saya dan istri memutuskan untuk berangkat. Tadinya saya ingin naik kereta api saja, tapi istri bersikeras untuk membawa mobil, karena khawatir di sana akan direpotkan masalah transportasi jika tidak membawa kendaraan sendiri. Walhasil, saya meminjam mobil adik saya, sebuah Citroen CX keluaran tahun 1990, tapi dibeli baru tahun 1994 seharga Rp. 16 juta.

Citroen CX seperti inilah yang saya pakai ke Jogja.

Mobil Tiba-tiba Mogok

Jam 4 sore, saya beserta istri dan anak saya (waktu itu masih berusia 5 tahun) berangkat ke Jogja. Ketika sampai di jalan raya Krian - Mojokerto, setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, tiba-tiba mesin mobil yang saya kendarai mati dengan sendirinya. Untungnya, mesin mati dalam keadaan mobil masih berjalan, sehingga saya punya kesempatan untuk mencari tempat aman yang agak longgar di pinggir jalan. Dipisahkan sebuah sungai kecil di pinggir jalan tersebut saya lihat beberapa rumah penduduk desa. Perlu diketahui, jalur Krian - Mojokerto termasuk jalur terpadat semenjak keluar dari Surabaya.

Jujur saja, saya tidak tahu banyak soal mesin. Terlebih mesin mobil Eropa. Parahnya lagi, baru kali itu saya mengendarainya! Hanya untuk membuka kap mesinnya saja saya butuh waktu 15 menit sampai ketemu tuas pembukanya. Dan begitu kap mesin terbuka, saya makin berkeringat dingin, karena konstruksinya yang berbeda dengan mobil-mobil Jepang kebanyakan.

Bersitegang

Sebelumnya, saya sudah cek indikator temperatur mesin dan tampak normal-normal saja. Tidak overheat. Bensinpun dalam kodisi penuh, karena baru diisi sekeluar dari Surabaya tadi. Beberapa kali saya coba starter, tapi mesinnya tak mau hidup juga. Dalam kondisi ini, saya sempat bersitegang dengan istri. Saya ingin batalkan saja perjalanan ke Jogja dan berniat mencari pinjaman telepon (waktu itu belum ada HP) ke rumah penduduk terdekat untuk meminta bantuan menderek mobil. Bahkan bila perlu saya akan terpaksa naik kendaraan umum ke kota terdekat (Krian) untuk mencari jasa penderekan mobil. Anehnya waktu itu, saya lihat jalanan agak sepi dari lalu-lalang kendaraan, sehingga istri saya punya kesempatan memaksa saya agar berusaha sebisa mungkin untuk menghidupkan mesin mobil itu. Saya sempat menggerutu waktu itu, “Sialan, giliran dibutuhkan, tak ada satu bus pun yang lewat!”

Mukjizat

Tiga puluh menit kemudian, setelah dilanda kepanikan, dongkol dan putus asa, terlebih karena hari makin gelap dan anak saya mulai rewel, saya coba untuk kesekian kalinya menstarter mesin dan ... hidup! Alhamdulillah. Tak henti-hentinya saya mengucap syukur kepada Allah SWT atas “mukjizat” itu. Tapi saya tak serta merta menjalankan mobil. Saya khawatir mogok lagi dan tidak tempat seaman di tempat semula. Saya biarkan menyala beberapa saat sambil sesekali memainkan gasnya.

Setelah yakin mobil tidak akan ngadat lagi, sayapun meneruskan perjalanan. Luar biasanya, dan untuk ini saya bersyukur, sampai di Jogja (hampir jam 12 malam) mobil berjalan lancar. Tak ada keluhan sama sekali. Baru kali itu juga saya rasakan kalau mengendarai Citroen ternyata nyaman sekali. Minim getaran dan goncangan! Bahan bakarnyapun tidak terlalu boros untuk ukuran mobil sebesar itu.

Bahkan, selama di Jogja 3 hari mobil itu saya pakai rekreasi ke Parangtritis dan Borobudur tak ada masalah. Hingga kembali ke Surabayapun, baik-baik saja.

Lalu Di Mana Letak Misterinya?

Nah, ini baru saya ketahui agak lama kemudian. Waktu itu, seperti biasa, saya ngobrol dengan teman kantor. Ngobrol ngalor ngidul, hingga akhirnya sampai pada pembahasan tempat-tempat angker. Kebetulan teman saya itu kelahiran Jombang berjarak + 1 jam perjalanan dari Mojokerto ke arah Jogja. Hampir satu bulan sekali dia ke Jombang untuk sekedar menjenguk ibunya di sana. Maka tak heran kalau dia kenal betul seluk beluk jalur Surabaya - Jombang yang notabene harus melalui jalur Krian - Mojokerto.

Menurut ceritanya, di jalur Krian - Mojokerto kerap terjadi kecelakaan misterius, misalnya mobil yang tiba-tiba selip dan bertabrakan dengan kendaraan lain yang berlawanan arah. Konon, pada hari-hari dan jam tertentu, biasanya sore, ada sebarisan gaib orang berseragam prajurit Majapahit menyeberang jalur itu. Konon kabarnya juga, kecelakaan terjadi tepat pada moment tersebut!

Seperti inilah kira-kira gambaran pasukan Majapahit (sumber : kaskus.us)

Saya terhenyak mendengar penuturan teman saya. Pikiran saya menerawang kembali pada kejadian waktu itu. Mesin mobil yang tiba-tiba mati dan hidup kembali tanpa saya melakukan apa-apa, jalanan yang sepi beberapa saat, benarkah karena fenomena itu? Atau semua itu hanya kebetulan semata? Ataukah ini sebuah misteri yang terkuak, tapi masih menyisakan misteri baru?

Wallahualam.

Yang jelas, saya tak pernah letih bersyukur kepada Allah SWT yang melindungi saya dan keluarga saya dari kesulitan dan memberi saya kesempatan untuk menceritakan semua ini kepada Anda. (jink)

Wednesday, May 25, 2011

10 Mitos Saat Berhubungan Intim


Meskipun terdengar tidak mungkin, banyak orang meyakini mitos seksual tertentu dan mempercayainya selama bertahun-tahun. Berikut penjelasan ketidakbenaran dari mitos tersebut dan apa yang sebenarnya terjadi ketika melakukan hubungan intim.

Wanita tidak akan hamil jika hubungan intim selagi menstruasi.
Kemungkinan hamil memang kecil, tetapi anda perlu memahami bahwa hanya ada 24 jam dalam satu bulan dimana seorang wanita dapat hamil. Masalahnya terletak pada menghitung dimana hari tersebut. Karena sperma dapat hidup di dalam wanita selama 5 hari, tidak menutup kemungkinan hamil ketika ia tengah menstruasi.

Hanya wanita yang mengalami orgasme berkali-kali.
Meskipun sekitar 30% wanita mengalami orgasme berkali-kali, hanya 10 % mengalaminya secara teratur. Dan sebaliknya dari keyakinan umum dimana beberapa pria dapat dengan jelas mengalami orgasme berkali-kali tanpa kehilangan ereksi. Walaupun lebih umum terjadi pada remaja pria.
Mengangkatnya menjelang orgasme saat tak memakai kondom, wanita tidak akan hamil.
Tidak hanya memiliki kemungkinan besar ia hamil, anda juga memiliki peluang besar terjangkit penyakit kelamin. Bahkan sebelum ejakulasi, penis biasanya mengeluarkan mani yang mengandung ribuan sperma yang dapat menyebabkan hamil.

Masturbasi membuat penis lebih besar.
Meskipun ini terasa mengasyikan untuk mendapatkan kesenangan sendiri, kemungkinan penis menjadi lebih besar adalah tidak benar.

Makanan dapat merubah rasa mani.
Tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan hal ini. Beberapa yakin menghentikan konsumsi dan menghindari produk sehari-hari seperti kembang kol, brokoli dan asparagus dapat meningkatkan rasa sementara lainya meyakini bahwa pembatasan makan yang banyak mengandung bawang putih juga memiliki rasa tersendiri. Begitu juga merokok dan minum diyakini mempengaruhi rasa mani.

Wanita lebih suka pria berpenis besar.
Ini tidak semuanya benar. Beberapa wanita mungkin menyukai pria dengan penis besar, tetapi sebagian besar wanita juga memiliki pasangan dengan ukuran penis normal. Rata-rata ukuran penis antara 5 dan 6 inch dalam kondisi ereksi.

Tidak ada G-spot.
Meskipun ada beberapa ahli bertahan mengatakan G-spot tidak lebih dari sekedar mitos, banyak wanita dan pria mengangapnya berbeda. G-spot merupakan tempat yang berada kira-kira dua inch di dalam dinding vagina depan.

Wanita tidak suka memberi seks oral.
Fakta Lebih banyak wanita dibanding pria mengakui menikmati memberikan seks oral pada pasangannya. Banyak wanita menikmati aktivitas ini pada kebaikan dari seks oral itu sendiri.

Beberapa wanita tidak memiliki klitoris.
Tanpa terkecuali, setiap wanita memiliki klitoris hanya berbeda dari ukuran, beberapa klitoris sangat kecil dan mungkin yang lain sangat besar. Beberapa lebih sensitif dibanding yang lain.

Jika pasangan tidak orgasme, ia tidak menikmati hubungan intim.
Percaya atau tidak, hanya sekitar setengah dari seluruh wanita mengalami orgasme dalam hubungan intim mereka. Kebanyakan wanita memerlukan rangsangan klitoris untuk mencapai orgasme apakah hal ini terjadi selama hubungan intim atau tidak. Tetapi banyak wanita menikmati seks sekalipun mereka tidak selalu mencapai klimaks.

Oleh : Dicky Wijaya
Sumber : egosip.com

Blog Archive